![]() |
Pertunjukan Wayang, Foto: Wikipedia |
Karena keunikan yang sangat mengagumkan inilah pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Lirilir.id,- Bagi generasi yang lahir di tahun 80 dan 90 an, pasti akrab dengan hiburan rakyat ini. Wayang kulit waktu itu menjadi hiburan yang sangat ditunggu-tunggu pada perayaan hari besar seperti 17 Agustusan, sedekah bumi atau momen penting lainnya. Tidak seperti generasi milenial yang punya banyak alternative hiburan seperti saat ini, pada era 80 keberadaan hiburan terutama seni pertunjukan sangat terbatas. Selain sebagai hiburan, wayang kulit juga menjadi media pembelajaran dan sarana dakwah bagi warga. Alasan inilah yang menjadikan warga selalu antusias memadati lapangan atau gedung tempat pagelaran wayang kulit diadakan.
Pagelaran wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang bisa disebut penghibur publik terhebat di dunia. Bagaimana tidak, selama semalam suntuk, sang dalang memainkan seluruh karakter aktor wayang kulit yang merupakan orang-orangan berbahan kulit kerbau dihias motif hasil kerajinan tatah sungging (ukir kulit). Ia harus mengubah karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan dan bahkan menyanyi. Untuk menghidupkan suasana, dalang dibantu oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan lagu-lagu Jawa (Sites.google)
Karena keunikan yang sangat mengagumkan inilah pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sejarah Wayang
Jika ditarik ke belakang, pertunjukan wayang ternyata sudah sangat lama ada di nusantara. Menurut Elly Herlyana dalam sebuah jurnal yang diterbitkan UIN Yogyakarta menyebutkan pertunjukan wayang pertama kali ditampilkan kepada masyarakat umum pada masa zaman Airlangga (1019 – 1037). Raja yang mempopulerkan pertunjukan wayang adalah Sang Prabu Jayabaya yang memerintah tahun pada tahun 1130 – 1160 M5. Pada masa ini wayang masih terbuat dari daun lontar.Bahkan Sri Mulyono dalam bukunya memperkirakan wayang sudah ada sejak zaman neolitikum, yakni kira-kira 1.500 tahun sebelum Masehi. Pendapatnya itu didasarkan pada tulisan Robert von Heine Geldern Ph. D, “Prehistoric Research in the Netherland Indie” (1945) dan tulisan Prof. K.A.H. Hidding. Sejarah wayang dalam bentuk asli timbul sebelum kebudayaan Hindu masuk di Indonesia dan mulai berkembang pada zaman Hindu Jawa.
![]() |
Ki Mantep, Foto : Wikipedia |
Ada dua pendapat yang mengatakan tentang asal-usul wayang. Pendapat pertama mengatakan bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat kedua mengatakan bahwa diduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia.
Ada dua pendapat yang mengatakan tentang asal-usul wayang. Pendapat pertama mengatakan bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini dianut dan dikemukakan bukan hanya oleh para ahli dan peneliti bangsa Indonesia, akan tetapi juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat, diantaranya Hazeau, Brandes, Kats, Rentse dan Kruyt. Pendapat ini memiliki dasar yang cukup kuat karena seni wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosiokultural dan religi bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Hazeu mengatakan bahwa struktur wayang digubah menurut model yang amat tua (cara bercerita dalang, tinggi rendah suara dan ekspresi-ekspresinya). Termasuk desain teknis, gaya, dan susunan lakon khas Jawa. Beberapa tokoh dalam pewayangan terutama Punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk dan Bagong merupakan tokoh wayang yang hanya ada dalam pewayangan di Indonesia dan tidak ada di negara lain.
Pendapat kedua mengatakan bahwa diduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, Raja Kahirupan (976-1012), yakni ketika kerajaan Jawa Timur itu sedang makmur. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (959-910) yang merupakan gubahan dari kitab Ramayana karangan pujangga India, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabrata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi mengubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa Kuna kedalamnya (ganaislamika.com).
Bersambung….
Posting Komentar