Ingin Hidup Harmonis Penuh Toleransi ?, Ini resepnya !


Oleh : Miftahurroqib, M.S.I

“Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan fahsafah hidup orang NU, kita sebagai generasi muda NU harus meruwat dan merawat tradisi tersebut agar tidak lekang oleh waktu”


Dewasa ini, pemahaman akan agama islam yang dangkal menyebakan munculnya perilaku radikalisme yang membahayakan banyak orang, hal itu semakin diperkuat dengan munculnya faham atau aliran-aliran baru yang tak terhitung jumlahnya, pun demikian dengan media social yang seharusnya bermanfaat bagi banyak orang digunakan sebagai alat untuk memecah belah persatuan dan kesatuan.

Toleransi dan gotong royong yang diwariskan oleh nenek moyang kita, hari ini telah lekang dimakan usia. Parahnya lagi keharmonisan antar umat beragama sekarang hanya dijadikan sebagai jargon untuk kepentingan kelompok semata, keberadaan agama sebagai mediator dalam menyelesaikan konfik yang terjadi menjadi kendaraan utama dalam perilaku radikalisme tersebut.

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin seharusnya mengayomi masyarakat bukan justu menjadi agama yang ditakuti karena ulah dari segelintir orang, person serta generasi NU dalam melestarikan warisan nenek moyang menjadi acuan utama dalam meruwat dan merawat tradisi nahdliyin.


Baca juga
 
Khususnya pondok pesantren sebagai motor gerak pembangunan akhlak dan etika harus menjadi garda depan dalam melestarikan amalan Ahlussunnah Wal Jam’ah. Adapun peran penting pondok pesantren dalam melestarikan amalan Aswaja yaitu: Dzikir setelah sholat fardhu, takziyah, Ziarah Kubur (wasilah), yasinan, tahlilan, manaqiban dan amalan aswaja lainnya.

Selain itu, pondok pesantren harus mengajarkan tentang:
  1. Tawasut (tengah-tengah) maksudnya adalah santri diajarkan untuk bersikap netral agar tidak terlalu fundamental maupun terlalu liberal.
  2. Tawazun (seimbang), artinya santri diajarkan untk seimbang dalam segala hal, baik dalam ibadah maupun hidup bermasyarakat. Agar tidak mudah menyalakah dan mengkafirkan orang lain
  3. Ta’adil (adil, jujur dan apa adanya), maksudnya santri harus menjadi pionir dalam menjalankan keadilan kepada siapapun, dimanapun dan kapanpun. Selain itu santri harus jujur dan apa adanya agar tidak menjadi pengobral janji dan sombong.
  4. Tasamuh (menghormati dan menghargai) artinya santri harus menghargai orang yang lebih tua, muda dan sesamanya, selain itu harus menghargai kepercayaan atau keyakinan orang lain agar periku bermasyarakat menjadi tentram dan damai.
Jika 4 hal ini diajarkan dengan konsisten dan diamalkan dengan baik, maka keharmonisan kehidupan beragama akan kita rasakan.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama