Kalau kita masuk mesin waktu menuju abad pertengahan seperti abad ke-10 Masehi (ke-4 Hijriah) dan terbang menyusuri kota-kota dunia Islam dan kota-kota dunia Barat, kita akan terkaget-kaget melihat perbedaan besar dan peradaban yakni dunia Barat.
Marilah kini
kita bandingkan kota-kota di dunia itu. Kita mulai dengan dunia Barat untuk
melihat bagaimana penghidupan penduduknya, keluasan kota-kotanya dan martabat
orang-orangnya.
Eropa Masih Gelap
Dalam buku sejarah
umum karya Lavis dan Rambou dijelaskan bahwa Inggris
Anglo-Saxon pada abad ke-7 M hingga sesudah abad ke-10 M merupakan negeri yang
tandus, terisolir, kumuh dan liar. Rumah-rumah dibangun dengan batu kasar tidak
dipahat dan diperkuat dengan tanah halus. Rumah-rumahnya dibangun di dataran
rendah. Rumah-rumah itu berpintu sempit, tidak terkunci kokoh dan dinding serta
temboknya tidak berjendela. Wabah-wabah penyakit berulang-ulang berjangkit
menimpa binatang-binatang ternak yang merupakan sumber penghidupan satu-satunya.
Tempat
kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik dari hewan. Kepala suku tinggal
di gubuknya bersama keluarga, pelayan dan orang-orang yang punya hubungan
dengannya. Mereka berkumpul di sebuah ruangan besar. Di bagian tengahnya
terdapat tungku yang asapnya mengepul lewat lobang tembus yang menganga di
langit-langit.
Mereka semua
makan di satu meja. Majikan dan isterinya duduk di salah satu ujung meja.
Sendok dan garpu belum dikenal dan gelas-gelas mempunyai huruf di bagian
bawahnya. Setiap orang yang makan harus memegang sendiri gelasnya atau
menuangkannya ke mulutnya sekaligus. Majikan beranjak memasuki biliknya di sore
hari setelah selesai makan dan minum. Meja dan perkakas kemudian diangkat.
Semua orang yang ada di ruangan itu tidur di tanah atau di atas bangku panjang.
Senjata mereka ditaruh di atas kepala mereka masing-masing karena pencuri saat
itu sangat berani sehingga orang dituntut untuk selalu waspada dalam setiap
waktu dan keadaan.
Pada masa
itu Eropa penuh dengan hutan-hutan belantara. Sistem pertaniannya terbelakang.
Dari rawa-rawa yang banyak terdapat di pinggiran kota, tersebar bau-bau busuk
yang mematikan. Rumah-rumah di Paris dan London dibangun dari kayu dan tanah
yang dicampur dengan jerami dan bambu (seperti rumah-rumah desa kita setengah
abad yang lalu). Rumah-rumah itu tidak berventilasi dan tidak punya kamar-kamar
yang teratur. Permadani sama sekali belum dikenal di kalangan mereka. Mereka
juga tidak punya tikar, kecuali jerami-jerami yang ditebarkan di atas tanah.#
PERADABAN ISLAM. Dr. Mustafa As-Siba’i Hal : (6-7)
Posting Komentar